WARISAN CITA-CITA

 

Sore ini mas Klinying dan kawan-kawan sedang kongkow di warung ibunya mba Wati. Mas Klinying yang sedang menyeruput kopi hitam kental itu serius menyimak obrolan mas Basirin.

“Kita ini sebagai anak bangsa harus menerima warisan dari para leluhur bangsa, tidak bisa tidak. Itu telah digariskan. Suka tidak suka, warisan telah ditinggalkan, dan kita harus menerimanya!”

“Memangnya ada ya mas Bas, orang yang tidak suka menerima warisan?” Potong Pion menyela.

Mas Basirin menunjuk ke arah Pion sebelum bicara, “Ya kalau warisannya harta, pastinya semua orang suka menerimanya. Namun, ini warisannya berupa tanggung jawab, jadi ya sangat mungkin ada yang tidak suka!” seru mas Bas dengan nada nyinyir.

“Gitu ya, emangnya apa sih warisannya itu? Bukan warisan hutang yang dilakukan oleh negara / pemerintah kan ya?!” Pion penasaran.

“Nah ini, gawat ini kalau sampai ngaku sebagai generasi penerus tapi tidak tahu warisan yang telah dititipkan oleh para leluhur pendiri bangsa…” mas Bas diam menunggu reaksi Klinying, Pion, Saklun, dan Don yang ikutan kongkow sore ini.

Baca Selengkapnya …