ANTARA BRAYUT HINGGA KARANGREJO

tari Brayut sochanang

Desa wisata disebut sebagai salah satu yang menghidupi dunia pariwisata Indonesia. Itu tak terbantahkan. Aku telah membuktikan dengan melihatnya sendiri. Ditambah lagi, setelah berinteraksi langsung dengan para pelaku pariwisata yang membesarkan desa wisata di daerahnya masing-masing, ternyata pariwisata juga menghidupi tungku-tungku yang tersebar di pelosok tanah air.

“Kalau saya jual tiket wisata desa kami dengan harga mahal, lalu wisatawan kapok dan menyebarkannya lewat sosmed, maka dipastikan dapurnya mbok-mbok yang ada di desa kami tidak lagi mengepul mas. Selama ini mereka yang memasak untuk wisatawan yang ingin mencicipi masakan tradisional di desa kami.” Demikian kutipan obrolan pak Darmadi padaku, saat kami bertemu di Brayut.

Pertemuan dan obrolan dengan pak Darmadi, salah seorang penggerak desa wisata Brayut, di Sleman, dan pak Widodo, penggerak desa wisata Karangrejo, di Magelang, memperkaya wawasan berupa pikiran sederhana seperti kutipan dialog di atas.

Lalu, apa yang menarik dari dua desa wisata tersebut?

Bukan sesuatu yang wah dan muluk yang menurutku keduanya menjadi istimewa, sehingga layak kuangkat disini. Destinasi kedua desa wisata tersebut sudah pasti tak diragukan lagi daya tariknya. Namun, yang lebih menarik lagi bagiku adalah cara mereka mengelola desa wisatanya.

Dalam obrolanku dengan pak Darmadi saat berkunjung ke desa wisata Brayut, aku mencatat ada beberapa prinsip sederhana yang kiranya layak menjadi inspirasi bagi desa-desa wisata lainnya. Pertama, desa wisata Brayut tidak membuat sesuatu yang baru untuk membangun sebuah desa wisata. Beruntung memang desa wisata Brayut memiliki desa yang asri dan kaya kearifan lokal, sehingga para pelaku desa wisata disini hanya perlu memoles beberapa bagian kecil namun layak untuk menjadi pilihan destinasi bagi para pengunjungnya. Ada beberapa joglo kuno yang dipoles sana-sini sehingga makin menarik tampilannya. Warga desa Brayut memiliki kemahiran menari, membatik, dan bertani, yang kemudian dikemas menjadi paket-paket kecil yang bisa dinikmati wisatawan. Serta banyak lagi pilihan destinasi wisata di desa Brayut yang khas desa dan layak dinikmati wisatawan yang merindukan kehidupan khas desa.

Sisi menarik berikutnya adalah tata kelola yang menerapkan beberapa prinsip khas desa. Untuk menikmati berbagai pilihan destinasi yang ada di desa Brayut, pengunjung hanya dipungut beberapa ribu rupiah saja. “Tidak perlu besar, namun yang kami harapkan pemasukannya ‘ajeg’ (terus-menerus) dan pengunjung pun menikmati”, demikian tutur pak Darmadi.

Jadi, pengelola desa wisata ini sengaja menetapkan tarif yang murah, dengan harapan pengunjung yang datang dan menikmati akan menularkan informasi ini, sehingga orang akan tertarik untuk datang lagi. Berbeda dengan beberapa pengelola destinasi wisata di tempat lain yang memasang harga mahal, sehingga pengunjung kapok dan enggan untuk datang lagi.

Keberadaan desa wisata ini telah menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga desa, baik itu petani, pelaku seni, bahkan hingga ibu-ibu rumah tangga pun turut menikmati keberadaan desa wisata ini. Dan para pengelola tidak ingin kehilangan pemasukan tersebut, apabila nantinya tak ada lagi pengunjung yang datang ke desanya karena kapok dengan harga yang terlalu mahal.

Selain itu, ada kemiripan antara desa wisata Brayut, di Sleman dan desa wisata Karangrejo, di Magelang, yaitu bangunan jejaring diantara pelaku destinasi yang ada di kedua desa wisata tersebut.

Mengapa jejaring ini menarik untuk dibahas?

Untuk membangun jejaring tentu saja tidak mudah. Hal paling sulit adalah faktor ego masing-masing pengelola destinasi. Namun yang kutemui di kedua desa wisata itu, masing-masing pengelola destinasi telah berhasil mengalahkan ego sebagai yang paling baik, yang paling hebat, yang paling layak dipilih. Alhasil, setiap kali kita mengunjungi satu destinasi, tak segan-segan mereka memberi informasi tentang daya tarik destinasi lain yang ada di sekitarnya. Bahkan mereka akan membantu akses dan informasi pada wisatawan agar menikmati destinasi lain yang ada di sekitarnya. Tentu saja ini keuntungan lebih bagi wisatawan, karena akan banyak daya tarik yang bisa dinikmati. Apalagi seperti sering dihadapi wisatawan saat puncak liburan, akan kesulitan menjangkau destinasi lain yang jaraknya berjauhan karena jalanan yang padat dan macet. Dengan mengunjungi destinasi yang saling berdekatan, wisatawan dapat terhindar dari kehabisan waktu diperjalanan.

Hebatnya lagi, di kedua desa wisata tersebut telah terbentuk forum komunikasi antar desa wisata yang tumbuh dan berkembang dari kesadaran sendiri. Bukan atas inisiatif pemerintah atau lembaga tertentu. Jadi jalinan komunikasi dan kerjasamanya lebih solid dan erat. Ini yang perlu dicontoh oleh pengelola desa-desa wisata yang tersebar di seluruh Indonesia.

main egrang sichanang

Nikmati Ragam Destinasi

Ragam destinasi yang dikemas dalam paket kegiatan Desa Wisata Brayut yang bisa kita nikmati diantaranya yaitu Ciblon, Mandi Kerbau, Jalan-jalan Dusun, Kenduri, Karawitan, Permainan tradisional, Kuda Lumping, Cooking Class dan lainnya yang menarik untuk dinikmati bersama keluarga. Selain itu, kita dapat pula menikmati wisata di desa wisata sekitarnya seperti Perah Susu Kambing Etawa, atau bahkan melanjutkan menjelajah ke Gunung Merapi.

Sedangkan destinasi yang patut kita nikmati apabila berkunjung ke Desa Wisata Karangrajo yaitu Paket wisata dolan desa Karangrejo, atau berkunjung ke Punthuk Setumbu untuk menikmati sunrise, wisata rafting, dan lain sebagainya. Tentu saja kita juga bisa melanjutkan berwisata ke candi Borobudur dan tempat-tempat lainnya yang sayang bila dilewatkan.

Selamat berlibur….

 

*  *  *

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *