Pantai Pandawa Diayomi BUMDA dan BUMDes

Salah satu pesona Pantai Pandawa

Mengunjungi pantai Pandawa, ternyata tak sekadar menikmati pantai dan berfoto bersama patung-patung tokoh pewayangan Pandawa. Banyak kenikmatan yang dapat kita raup disana. Perpaduan keindahan air laut, pasir putih nan lembut, dan bentangan pantai dengan berbagai fasilitas bermain yang menjanjikan keseruan, serta tebing batu tinggi merupakan pesona yang sayang bila dilewatkan begitu saja selama di Pantai Pandawa.

Paralayang yang meliuk-liuk dari atas bukit berbatu, terbang menembus langit biru. Lalu, dibawahnya terpampang deburan ombak yang menggoyang kano dan perahu kecil. Tantangan adrenalin itu patut kita coba daya tarik dan sensasinya. Atau, tak kalah nikmatnya juga meski kita hanya duduk-duduk di pantai sambil menikmati sajian kuliner atau pijat tradisional yang tersedia. Apabila kita habiskan waktu seharian di pantai Pandawa, sore hari juga asyik dinikmati sambil mereguk udara pantai dan semburat warna senja.

Banyak orang yang terpesona dan telah menikmati keindahan pantai yang terletak di desa Kutuh, Kuta Selatan, Badung, Bali ini. Oleh karenanya, disini penulis ingin mengajak untuk berkenalan dengan aktor yang ada di balik keindahan salah satu pantai favorit bagi wisatawan di Bali ini.

Hasil penelusuran dan penjelajahan ke ‘balik dapur’ Pantai Pandawa, diketahui bahwa tumbuh dan besarnya destinasi ini ternyata berada dibawah naungan BUMDA (Badan Usaha Milik Desa Adat) dan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang saling berkolaborasi untuk memberikan layanan terbaik pada wisatawan. Sinergi keduanya tak hanya berhenti pada pengelolaan wisata pantai dan sekitarnya, namun juga mengusung tekad untuk mensejahterakan warga masyarakat desa.

Baca Selengkapnya …

WARISAN CITA-CITA

 

Sore ini mas Klinying dan kawan-kawan sedang kongkow di warung ibunya mba Wati. Mas Klinying yang sedang menyeruput kopi hitam kental itu serius menyimak obrolan mas Basirin.

“Kita ini sebagai anak bangsa harus menerima warisan dari para leluhur bangsa, tidak bisa tidak. Itu telah digariskan. Suka tidak suka, warisan telah ditinggalkan, dan kita harus menerimanya!”

“Memangnya ada ya mas Bas, orang yang tidak suka menerima warisan?” Potong Pion menyela.

Mas Basirin menunjuk ke arah Pion sebelum bicara, “Ya kalau warisannya harta, pastinya semua orang suka menerimanya. Namun, ini warisannya berupa tanggung jawab, jadi ya sangat mungkin ada yang tidak suka!” seru mas Bas dengan nada nyinyir.

“Gitu ya, emangnya apa sih warisannya itu? Bukan warisan hutang yang dilakukan oleh negara / pemerintah kan ya?!” Pion penasaran.

“Nah ini, gawat ini kalau sampai ngaku sebagai generasi penerus tapi tidak tahu warisan yang telah dititipkan oleh para leluhur pendiri bangsa…” mas Bas diam menunggu reaksi Klinying, Pion, Saklun, dan Don yang ikutan kongkow sore ini.

Baca Selengkapnya …

MERAH PUTIH TERUSLAH BERKIBAR

Merah putih teruslah berkibar

Diujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini

….

(Cuplikan lirik lagu Bendera – Coklat)

bendera di pantai sichanang

Masih terekam dalam ingatan, momen yang terjadi pada event Asian Games 2018, saat peraih medali emas pencak silat Hanifan merangkul Jokowi dan Prabowo yang saat itu sedang menjadi rival politik dalam pilpres 2019. Hanifan saat itu mengenakan bendera dipunggungnya, sehingga sekilas tampak mereka bertiga berangkulan dalam naungan Sang Merah Putih. Semangat Hanifan, lalu dimaknai sebagai simbol pemersatu bangsa. Mengingat saat itu persaingan keduanya sedang sengit, bahkan tak sedikit pendukungnya yang saling berseteru.

Baca Selengkapnya …

ANTARA BRAYUT HINGGA KARANGREJO

tari Brayut sochanang

Desa wisata disebut sebagai salah satu yang menghidupi dunia pariwisata Indonesia. Itu tak terbantahkan. Aku telah membuktikan dengan melihatnya sendiri. Ditambah lagi, setelah berinteraksi langsung dengan para pelaku pariwisata yang membesarkan desa wisata di daerahnya masing-masing, ternyata pariwisata juga menghidupi tungku-tungku yang tersebar di pelosok tanah air.

Baca Selengkapnya …

TAULADAN KECIL UNTUK INDONESIA

Selepas Maghrib di selasar Surau Kampung Kami tampak beberapa orang asyik kongkow sambil menghabiskan waktu menunggu Isya’. Adalah mas Klinying yang malam itu mulai memancing pembicaraan sambil membagikan permen.

“Kalau aku bertanya, kira-kira tauladan apa yang kalian semua bisa berikan untuk bangsa dan negara ini? Apa kalian pada punya?!”

Mendadak anggota Panggon Nggedabruz, si Saklun, Pion, Don, dan Basirin dibuat bengong oleh pertanyaan mas Klinying itu.
Dalam bingungnya, si Saklun justru balik bertanya, “Sampeyan abis makan apa sih mas?”

Baca Selengkapnya …

MEMBUKA PINTU PANGGON NGGEDABRUZ

Mengenal karakter.

Panggon Nggedabruz ini bisa dimana saja tempatnya. Di warung kopi, di pos ronda, teras rumah, selasar surau, atau bahkan di cafe dengan lampu kelap-kelip. Tema obrolannya pun juga bermacam-macam, mulai dari soal pergaulan sehari-hari hingga ke urusan bangsa dan negara. Satu hal yang akan membuat suasana menjadi gayeng dalam obrolan keseharian beberapa kawan ini adalah karakter dari masing-masing tokoh yang kerap terlibat di dalam Panggonan tempatnya kita semua sinau tentang kehidupan.

Baca Selengkapnya …