Desa wisata disebut sebagai salah satu yang menghidupi dunia pariwisata Indonesia. Itu tak terbantahkan. Aku telah membuktikan dengan melihatnya sendiri. Ditambah lagi, setelah berinteraksi langsung dengan para pelaku pariwisata yang membesarkan desa wisata di daerahnya masing-masing, ternyata pariwisata juga menghidupi tungku-tungku yang tersebar di pelosok tanah air.
MERINDU SUMBA & SUMBAWA
Pernah kuarungi kedua nama yang seperti bersaudara
Kujelajahi sudut-sudutnya
Kuhabiskan pagi siang dan malam bersama warganya
Aku bahagia disana
Keduanya punya kuda dan savana
Keduanya berbeda agamanya
Tapi semua baik-baik saja
Tak kutemukan dengki atau benci disana
TAULADAN KECIL UNTUK INDONESIA
Selepas Maghrib di selasar Surau Kampung Kami tampak beberapa orang asyik kongkow sambil menghabiskan waktu menunggu Isya’. Adalah mas Klinying yang malam itu mulai memancing pembicaraan sambil membagikan permen.
“Kalau aku bertanya, kira-kira tauladan apa yang kalian semua bisa berikan untuk bangsa dan negara ini? Apa kalian pada punya?!”
Mendadak anggota Panggon Nggedabruz, si Saklun, Pion, Don, dan Basirin dibuat bengong oleh pertanyaan mas Klinying itu.
Dalam bingungnya, si Saklun justru balik bertanya, “Sampeyan abis makan apa sih mas?”
MEMBUKA PINTU PANGGON NGGEDABRUZ
Mengenal karakter.
Panggon Nggedabruz ini bisa dimana saja tempatnya. Di warung kopi, di pos ronda, teras rumah, selasar surau, atau bahkan di cafe dengan lampu kelap-kelip. Tema obrolannya pun juga bermacam-macam, mulai dari soal pergaulan sehari-hari hingga ke urusan bangsa dan negara. Satu hal yang akan membuat suasana menjadi gayeng dalam obrolan keseharian beberapa kawan ini adalah karakter dari masing-masing tokoh yang kerap terlibat di dalam Panggonan tempatnya kita semua sinau tentang kehidupan.