Mengunjungi pantai Pandawa, ternyata tak sekadar menikmati pantai dan berfoto bersama patung-patung tokoh pewayangan Pandawa. Banyak kenikmatan yang dapat kita raup disana. Perpaduan keindahan air laut, pasir putih nan lembut, dan bentangan pantai dengan berbagai fasilitas bermain yang menjanjikan keseruan, serta tebing batu tinggi merupakan pesona yang sayang bila dilewatkan begitu saja selama di Pantai Pandawa.
Paralayang yang meliuk-liuk dari atas bukit berbatu, terbang menembus langit biru. Lalu, dibawahnya terpampang deburan ombak yang menggoyang kano dan perahu kecil. Tantangan adrenalin itu patut kita coba daya tarik dan sensasinya. Atau, tak kalah nikmatnya juga meski kita hanya duduk-duduk di pantai sambil menikmati sajian kuliner atau pijat tradisional yang tersedia. Apabila kita habiskan waktu seharian di pantai Pandawa, sore hari juga asyik dinikmati sambil mereguk udara pantai dan semburat warna senja.
Banyak orang yang terpesona dan telah menikmati keindahan pantai yang terletak di desa Kutuh, Kuta Selatan, Badung, Bali ini. Oleh karenanya, disini penulis ingin mengajak untuk berkenalan dengan aktor yang ada di balik keindahan salah satu pantai favorit bagi wisatawan di Bali ini.
Hasil penelusuran dan penjelajahan ke ‘balik dapur’ Pantai Pandawa, diketahui bahwa tumbuh dan besarnya destinasi ini ternyata berada dibawah naungan BUMDA (Badan Usaha Milik Desa Adat) dan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang saling berkolaborasi untuk memberikan layanan terbaik pada wisatawan. Sinergi keduanya tak hanya berhenti pada pengelolaan wisata pantai dan sekitarnya, namun juga mengusung tekad untuk mensejahterakan warga masyarakat desa.
Kutuh Kuat, Masyarakat Sejahtera.
Bali memang kerap mendatangkan rindu. Nuansa dan suasana khasnya seperti mengundang kita untuk kembali mendatangi pulau Dewata itu. Selalu saja ada sisi unik yang kita temukan di Bali. Pesona eksotik Pantai Pandawa yang ada di Desa Kutuh ini pengelolaannya menarik untuk kita intip. Mungkin bisa menjadi inspirasi, atau bisa juga untuk memperkaya pengetahuan kita.
Pengelolaan destinasi ini melibatkan dua Lembaga, yaitu Desa Adat dan Desa Administratif Kutuh yang saling bersinergi. Dalam pelaksanaannya, kedua Lembaga ini didukung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Badan Usaha Milik Desa Adat (BUMDA), serta didukung juga oleh segenap warga desa Kutuh. Keduanya saling mengisi, saling memenuhi sisi-sisi ruang kosong yang dapat dilakukan untuk saling memberi manfaat. Ada sisi ruang yang dibagi, dan ada pula sisi ruang yang dibersamai.
Sejauh yang penulis amati, dari kolaborasi dan sinergi keduanya, banyak manfaat yang dirasakan dan dinikmati warga desa Kutuh dan sekitarnya. Selain terbukanya banyak lapangan pekerjaan, warga masyarakat juga diberdayakan dengan adanya BUMDA dan BUMDes ini. Di desa Kutuh dan sekitar Pantai Pandawa tumbuh usaha-usaha kecil di tengah masyarakat, yang turut pula menumbuhkan perekonomian desa.
Semangat kebersamaan yang diusung oleh Kepala Adat dan Perbekel (Kepala Desa) Kutuh sangatlah membanggakan. Dari situ pula muncul pernak-pernik polesan pesona yang menjadikan wisatawan menikmati dan ingin kembali lagi.
Pengolahan Sampah Jadi Prioritas
Desa Kutuh yang dulunya merupakan desa miskin, setelah berhasil menjadikan pantai Pandawa sebagai destinasi wisata pilihan, kini menjadi desa terkaya di Indonesia. Sebuah proses yang menggembirakan tentunya.
Setelah berhasil mengelola pantai menjadi sebuah destinasi, salah satu dampak yang kemudian muncul adalah persoalan sampah. Baik yang dibawa oleh wisatawan maupun sampah dari warganya sendiri.
Kembali pada komitmen pemerintah administratif dan adat untuk mensejahterakan masyarakatnya, pada tahun 2021 lalu, dibuatlah kesepakatan antara pemerintah desa Kutuh dengan PT. Remaja untuk bekerjasama terkait pengelolaan sampah. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sampah Tanggung Jawabku (Samtaku) ini tidak hanya mengatasi permasalahan sampah di Desa Kutuh. Seperti yang penulis lihat sendiri, disini BUMDes juga terlibat dalam hal pengangkutan sampah, lalu warga desa ikut dipekerjakan, dan kedepan akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi. Sementara hasil olahan sampahnya dipakai untuk pupuk pertanian. Sementara, untuk sampah plastik juga didaur ulang seperti tampak pada kerjasamanya dengan salah satu produsen air minum kemasan.
Penulis merasa senang mendengar sebuah ucapan, “Sampah-sampah yang ada kami olah, bukan dipindahkan. Sebab, kalau dipindahkan hanya akan memindahkan masalah ke tempat lain. Makanya disini kami mengolah sampah agar menjadi sesuatu yang bermanfaat kembali”.
Terimakasih desa Kutuh, Pantai Pandawa, dan semua yang kukenal disana, semua telah memberi kenangan, memberi semangat membangun, dan tentunya memberi inspirasi. Suatu saat pasti kembali….