Mengenal karakter.
Panggon Nggedabruz ini bisa dimana saja tempatnya. Di warung kopi, di pos ronda, teras rumah, selasar surau, atau bahkan di cafe dengan lampu kelap-kelip. Tema obrolannya pun juga bermacam-macam, mulai dari soal pergaulan sehari-hari hingga ke urusan bangsa dan negara. Satu hal yang akan membuat suasana menjadi gayeng dalam obrolan keseharian beberapa kawan ini adalah karakter dari masing-masing tokoh yang kerap terlibat di dalam Panggonan tempatnya kita semua sinau tentang kehidupan.
Si Saklun, pemuda yang banyak sekali kesibukannya, apa saja bisa dilakukan. Kalau di pedesaan, si Saklun ini cocoknya menjadi ketua Karang Taruna dengan kemampuan serba bisanya. Lalu, ada mas Klinying, lelaki setengah baya yang memiliki postur tubuh tinggi menjulang. Kalau di dunia pewayangan dia berpenampilan seperti Petruk. Ada lagi, Basirin, seorang yang gemar bermain berbagai alat musik, namun bukan posturnya yang tinggi. Mas Bas ini omongannya yang setinggi langit. Sedangkan si Pion, perawakannya mungil, keberaniannya tinggi, kerap dijadikan korban untuk kepentingan orang lain yang lebih besar. Ada pula si Don, lelaki berdarah campuran, namun sering mengaku keturunan mafia Sisilia. Dan, perempuan pemberani yang tak takut berada di sarang buaya adalah mba Wati, penyambung lidah kaumnya. Sesekali akan muncul Suketi alias Ketty, gadis desa yang bergaya kekotaan. Dan tak tertutup kemungkinan nantinya akan ada tokoh-tokoh tamu yang datang dan pergi tanpa undangan.
Nantikan ya keseruan sinau urip di Panggon Nggedabruz…
* * *